Demi untuk mempersiapkan diri pada
malam jumat, tepatnya tanggal 8 Mei 2014 saya tidak tidur sama sekali. Hingga
pada akhirnya sampai pukul 02.30 dini hari, atas nama Forepna IPB saya
berangkat menuju bandara. Meski halangan dan rintangan banyak menghampiri tapi
pada akhirnya sampai juga di bandara Soekarno-Hatta. J
Setelah menunggu 2 jam lamanya,
orang yang ditunggupun datang. “Hallo mba, Wido..”. mba Wido ini salah satu
anggota dari HFI (Humanitarian Forum Indonesia) yang selama ini banyak sekali
membantu kegiatan Forepna termasuk yang mengajak saya ke Unand, Padang.
Singkat cerita, kami sampai di
Padang pukul 10.00 WIB. Hotelpun menjadi tujuan utama bagi kami. Setelah puas
beristirahat saya diajak ke kantor BPBD SumBar yang jaraknya tidak terlalu jauh
dan tidak terlalu dekat pula. Pak Harmis, yak betul sekali, kami memulai
perbincangan dengan pak Harmis. Beliau menceritakan bahwa di daerah Sumatera
Barat ini memang sumbernya bencana dalam artian semua bencana ada disini.
Tinggal kita (selaku warga SumBar) siap atau tidak ketika menghadapi bencana
yang tidak bisa diprediksi oleh kita. Perbincangan berlangsunng lama karena
bercerita ngalor, ngidul. Meskipun saya tidak begitu mengerti apa yang mereka
perbincangkan, tapi setidaknya saya dapat sedikit pencerahan tentang keadaan
SumBar.
di kantor BPBD Sumatera Barat |
Perbincangan
selesai dengan menyepakati besok (Sabtu, 11 Mei 2014) pihak BPBD siap menjadi
pembicara dalam kegiatan workshop kebencanaan di Universitas Andalas. Dengan
penuh semangat 45 pak Harmis menyetujuinya.
Keluar dari
kantor BPBD, mba Wido ngajak jalan ke Pantai. “oke Mba, sekalian liat sunset”
jawab saya dengan riang gembira. Sekian lama menyusuri jalan sepanjang pantai,
kita menemukan tempat yang asik buat nongkrong. Lautan yang indah ditemani sunset nan elok
melengkapi suasana makan sore kita.
Pantai Purus, Kota Padang |
Malampun
telah berganti. Pagi hari yang cerah kami menuju kampus Unand. Lama perjalanan
sekitar 30 menit. Acara workshop dimulai pukul 10.00 WIB. Peserta yang hadir ±
50 mahasiswa yang terdiri dari beberapa UKM, BEM, dan ER disetiap fakultas. Pembukaan
oleh MC, sambutan dari ketua pelaksana dan sambutan dari Wakil Rektor 3
(Kemahasiswaan). Break untuk menikmati hidangan dan dilanjut materi oleh Ibu Kenari
dan Pak Iwan dari UN OCHA yang berlangsung sekitar 1 jam. Disambung materi
selanjutnya dari Pak Harmis (BPBD) mengenai
menejeman bencana dan sistem PRB
di SumBar. Begitu semangatnya Pak Harmis dalam menyampaikan materi, berharap
akan adanya generasi baru untuk lebih peduli terhadap bencana di SumBar.
Beliaupun berharap dengan adanya forum dipihak akademisi bisa memperkuat BPBD
untuk saling berkordinasi dan mengkaji bencana-bencana yang mungkin atau
diperkirakan akan terjadi.
Peserta workshop |
Para Narasumber |
SOMAI
(Sholat, Makan, Istirahat) sampai 13.30 WIB. Kemudian dilanjut lagi dengan
materi dari pihak PSB Unand. Matrei diawali dengan pemutaran film pendek
tentang menejeman PRB yang dikerjakan oleh mahasiswa UGM. Kemudian dilanjut
dengan penampilan foto-foto mahasiswa Unand yang KKN di Loksemawe setelah
kejadian tsunami di Aceh. Mahasiswa yang megikuti KKN sebaanyak 25 orang.
Mereka membantu membangun kembali rumah-rumah yang telah rusak dan melakukan
berbagai hal untuk memperbaiki keadaan supaya lebih baik.
Pemutaran
film dan penampilan foto-foto tersebut harapannya bisa membuka mindset
mahasiswa untuk lebih peduli terhadap bencana khususnya di daerah SumBar. PSB
Unand sangat mendukung terbentuknya forum baru mengenai penanggulangan bencana.
Dan berharap adanya keselarasan antara forum yang akan dibentuk dengan PSB itu
sendiri.
Setelah
pihak dari PSB menyampaikan materi, tibalah saatnya saya untuk berbagi
pengalaman tentang Forepna IPB kepada teman-teman Unand agar mereka mempunyai
gambaran apa yang akan dilakukan kedepannya. Saya mengemukakan tentang sejarah
singkat terbentuknya Forepna IPB, siapa yang tergabung dalam anggota Forepna,
memaparkan kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan, dan memaparkan kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun kepengurusan serta dokumentasi dari
kegiatan yang telah dilaksanakan. Presentasi hanya berlangsung sekitar 15 menit
saja kemudian dilanjut tanya jawab. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan yang kemudian menjadi awal diskusi setelah beberapa orang
mengemukakan pendapatnya mengenai forum yang akan dijalankan di Unand.
Mahasiswa dan dosen (PSB dan WR 3) semuanya memberikan pendapat mereka
maisng-masing. Hingga pada akhirnya WR 3 menyimpulkan bahwa beliau setuju
dengan sistem yang diterapkan di IPB menganai Forepna. “Saya sangat setuju
dengan program yang ada di IPB, untuk itu tidak ada salahnya kan jika di Unand
pun menerapkan sistem yang seperti itu? kita ATM (Amati, Terapkan, dan
Modifikasi) dari Forepna IPB boleh kan, mba?”. Saya pun menjawab dengan bangga
“Boleh banget, pak! Silahkan saja..” :)
Presentasi Forepna IPB |
Sebenarnya
di Unand sendiri sudah mempunyai emergency
response di setiap fakultasnya masing-masing. UKM-UKM pun banyak yang
bergerak di bidang kebencanaan. Akan tetapi mereka kerja masing-masing dan
memiliki ego yang besar terhadap organisasinya masing-masing. Dulu pernah
mengadakan sebah forum yanng dinamakan penanggulangan bencana Unand disingkat
PB Unand untuk mempersatukan organisasi itu akan tetapi tidak berjalan dengan
baik karena mereka masih mempertahankan keegoisannya.
Diskusi
berjalan sampai adzan magrib tiba. Mereka baru membentuk tim formatur yang
terdiri dari 6 organisasi yaitu: KSR, Mapala, Menwa, HET, BEM, dan Genta.
Mereka ingin mengangkat nama yang sudah ada yaitu PB Unand, tapi sistemnya
tetep mengadopsi dari Forepna IPB.
Setelah
selesai workshop saya diajak mba Wido bertemu dengan KSB (kelompok siaga
bencana) Limau Manis yang letaknya tidak jauh dari kampus Unand. KSB ini
terbentuk karena pada tahun 2011 lalu terjadi banjir bandang, banyak rumah yang
terbawa arus. Setelah kejadian tersebut maka terbentuklah KSB Limau Manis yang
dipelopori oleh warga Limau Manis dengan anggota sukarela (siapa saja boleh
ikut). Pada tahun 2012, KSB Limau Manis diresmikan oleh BPBD SumBar dan menjadi
satu-satunya KSB yang masih aktif sampai saat ini. Walaupun KSB Limau Manis
belum memiliki peralatan resque yang mencukupi akan tetapi semangat mereka
menjadi seorang relawan tetap berkobar. Mereka terjun langsung setiap ada
bencana bahkan sampai terjun langsung keluar daerahnya. Peralatan ketika
tanggap darurat seadanya, terkadang hanya membawa diri saja.
Selama
ini pihak KSB Limau Manis tidak mengetahui bahwa di Unand terdapat organisasi
Penanggulangan Bencana dan dari pihak Unandnya sendiri khususnya KSR pun tidak
mengetahui bahwa di desa Limau Manis terdapat KSB. Pada saat kumpul dengan KSB,
mba Wido menyampaikan bahwa akan diadakan pertemuan antara KSB dan pihak Unand
khususnya mahasiswa dan PSB nya. Tujuannya agar kedua kelompok ini bisa
berkolaborasi dan terkoordinasi dalam menanggulangi bencana. Karena sayang
sekali jika kedua organisasi yang telah ada tidak dimanfaatkan dengan baik.
Saya
sangat mengapresiasi bapak-bapak yang terlibat menjadi anggota KSB Limau Manis
yang begitu semangatnya dalam menanggulangi bencana. mnejadi motivasi tersendiri bagi saya setelah
melihat wajah-wajah mereka yang tak pernah putus asa. Selesai pertemuan dengan
KSB Limau Manis kami kembali ke hotel.
Singkat
ceriita lagi, pagipun telah tiba. Hari terakhir bagi saya untuk menginjakkan
kaki di Kota Padang. Hari terakhir ini saya manfaatkan untuk berwisata kuliner
dan wisata sejarah. Oleh-oleh telah didapat, tempat sejarah udah dikunjungi
meskipun hanya ke Monumen Korban Gempa 2009 tai tak apalah. Daripada tidak sama
sekali.
Monumen Korban Gempa 2009 |
Satu
hal yang menurut saya sangat unik sekali adalah angkot. Angkot disana sangat
berwarna warni, mulai dari merah, putih, ungu, orange, biru muda, biru tua, dan
kuning yang semuanya itu penuh dengan stiker yang ditempel disetiap penjuru
mobil. Dan yang paling unik lagi adalah, setiap angkot itu pasti play music
yang gak nanggung-nanggung kencengnya. “kalo disini mba, angkot yang musiknya
paling kenceng itu yang paling disukai sama penumpang”. Kata supir taksi yang
saya tumpangi.
Baru
kita mencoba naik angkot yang unik itu setelah mendapatkan oleh-oleh. Memang
ada bedanya dengan angkot yang ada di Bogor. Angkot di Padang lajunya lebih
kenceng dari angkot Bogor. Ya iyalah... orang di Padang jalan lebar tanpa tanpa
hambatan, paling macet di lampu merah doang.. J
Saatnya
say good bye Padang, terbang ke Jakarta pukul 10.30 WIB. Akhirnya kembali lagi
ke Bogor dengan selamat...